Selasa, 05 Februari 2013

Hijab

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (An-Nur 31)
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-'Ahzab 59)
 Hijab atau jilbab adalah perintah Ilahi bagi segenap wanita mukmin sebagaimana yang sudah kalian baca di dalam ayat-ayat di atas. Perintah hijab ini fungsinya membedakan wanita-wanita ‘Mukmin’ dari wanita-wanita jahiliyah dan perbuatan-perbuatan wanita ‘Musyrik’. Dan yang namanya setan, kerjanya menipu manusia dan menjerumuskan manusia untuk menemani iblis di neraka jahannam. Makanya penting para wanita pahami sebab diperintahkannya berjilbab & apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maksud dengan hijab. Jilbab apakah itu? Mari kita pahami jilbab sebagaimana orang-orang yang ketika perintah berjilbab itu diturunkan memahaminya.
Ibnu Mas’ud, al-Hasan al-Bashri & banyak ulama lainnya berkata, jilbab adalah sejenis selendang ‘panjang’ yang diletakkan melapisi kerudung. 
Al-Jauhari berkata, “Jilbab adalah kain yang menutupi seluruh tubuh.”
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Mereka menutupi wajah mereka dengan jilbab hingga yang tampak hanya sebuah biji mata saja.”
Perkataan-perkataan tersebut shahih diriwayatkan oleh ath-Thabari (XX/324).
Perintah berjilbab dalam al-Qur’an bukan hanya 1 ayat. Dan ini menunjukkan betapa pentingnya, betapa agungnya perintah berjilbab ini.
Dahulu para wanita Bani Haritsah tidak mengenakan jilbab dan gelang kaki serta perhiasan lainnya tampak dengan jelas.
Tampak pula dada-dada mereka dengan rambut yang dipintal. Ketika itu Asma’ binti Mursyidah melihat kelakuan wanita-wanita Bani Haritsah itu seraya berkata, “Betapa buruknya kebiasaan mereka ini.”
Kisah ini disebutkan oleh Muqatil bin Hayyan dalam ad-Durrul Mantsuur (VI/179) dan kisah ini adalah sebab turunnya QS.24:31.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya..,” QS.24:31 
“..Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS.24:31). Maksudnya janganlah para wanita itu menampakkan satupun perhiasan kepada laki-laki non mahram kecuali perhiasan yang tidak bisa disembunyikan. Apa itu perhiasan yang tidak bisa disembunyikan? Berkata Ibnu Mas’ud, “Maksudnya seperti selendang & kain baju.” - Shahih Bukhari 454, dll.
Akan tetapi, sebagian wanita di zaman ini mentafsirkan perintah berhijab yang agung ini sesuai kebutuhan & hawa nafsu saja. Innalillahi…
Padahal jelas bahwa yang boleh ditampakkan bagi wanita hanyalah kain penutup kepala dan baju yang menutupi badannya. Dan seperti inilah yang dipahami oleh orang-orang yang hidup tatkala ayat tentang perintah berjilbab ini diturunkan. Maka sungguh aneh tatkala wanita zaman sekarang membuat penafsiran sendiri. 
Kita lanjutkan, “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya,” QS.24:31
“Kain kerudung ke dadanya,” padahal kalimat ini jelas bahwa yang dimaksud adalah kain itu melebihi dada hingga dada dan tulang dada tertutup. Said bin Jubair berkata, “Menutupkan kain kerudung ke dada & bagian atas dada hinggak tidak terlihat (lekukannya.).” Ad-Durrul Mantsuur.
Akan tetapi bencana ketika sebagian akhwat yang kainnya itu sudah junkis, hanya menjulur ke setengah dadanya pula. Bahkan lebih bencananya, ada yang kainnya seperti kuncir atau syal yang memanjang di kanan dan kirinya dadanya saja sementara tengahnya bolong. Adalagi yang membuat miris adalah kainnya dililit ke leher sehingga tidak masuk dalam perintah-Nya “menutupkan kain kerudung ke dadanya,” Selain itu ada yang seperti penyakit gondok, dimana kain itu hanya menggelembung di lehernya saja. Aneh tapi itulah kenyataannya. Padahal syariat berjilbab ini ingin memuliakan wanita mukmin. Allah Yang Maha Keras Siksanya ingin mereka berbeda dengan wanita jahiliyah. Wanita jahiliyah, tidak menutup dada mereka, bahkan jambul rambut dan anting-antingnya terlihat.
Semoga Allah Azza wa Jalla mengampuni dan menambahkan hidayah bagi mereka. Para shahababiyah (sahabat wanita) ketika perintah berjilbab ini turun, sama sekali tidak terbersit di pikiran mereka akan modis. Mereka tidak mengeluh sebagaimana wanita di akhir zaman ini mengeluh karena merasa tidak bisa bergaya dan beraksi. Ketika perintah jilbab turun, para shahababiyah langsung memotong pakaian/kain yg mereka miliki untuk menutup wajah dan dada mereka. Shahih! Riwayat Imam Bukhari no. 4758. Riwayat ini seharusnya dijadikan teladan bagi wanita di akhir zaman jika mereka mau selamat. Perhatikan yaa ukhti, para shahababiyah tidak diceritakan menjahit kain kerudung atau pergi ke pasar untuk membeli kerudung. Namun mereka mengambil apa yang ada yang bisa mereka jadikan kerudung penutup. Masyaa Allah Itulah Iman. Mereka dengar dan mereka patuh.

Dan riwayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa para shahababiyah tidak seperti perempuan sekarang, karena dalam QS.24:31 Allah Ta’ala juga berkata, “Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.” QS.24:31
Apa maksudnya? Karena wanita jahiliyah sengaja menjadikan perhiasannya, atau zaman sekarang disebut fashion agar para lelaki takjub. Allah Ta’ala melarang perbuatan yang demikian. Allah melarang wanita memberikan isyarat kepada laki-laki dengan perhiasannya dan pakaiannya. Dan wanita beriman yang takut akan hari pembalasan pasti paham bahwa QS.24:31 adalah larangan untuk menampakkan AURAT & KECANTIKAN TUBUH. Dan Allah Ta’ala menutup QS.24:31 ini dengan, “Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yg beriman agar kamu beruntung.”


Masyaa Allah. Inilah kasih sayang Allah Azza wa Jalla kepada kalian wahai musmlimah. Allah ingin agar kalian melakukan sifat-sifat mulia dan akhlak yang terpuji, sebagaimana yang telah Allah perintahkan dalam QS.24:31 ini. Karenanya tinggalkanlah akhlak-akhlak buruk dan sifat-sifat yang tercela sebagaimana orang-orang jahiliyah itu. Dan hanya Allah Ta’ala tempat memohon . Dan ketahuilah, wahai ukhti muslimah. Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin,” QS.33:59 “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’.” QS.33:59
Dan ketika QS.33:59 ini turun, ‘Ubaidah as-Salmani langsung menutup wajah dan kepalanya hingga hanya menampakkan mata kirinya saja. Masyaa Allah dan itu shahih yaa ukhti. Diriwayatkan oleh imam ath-Thabari (XX/325) dari Muhammad bin Sirin.
Dari seorang ibu putra Ibrahim bin Abdurrahman bin ‘Auf bahwa ia pernah bertanya kepada Ummu Salamah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Sesungguhnya aku adalah seorang perempuan yang biasa memanjangkan (ukuran) pakaianku dan (kadang-kadang) aku berjalan
di tempat kotor?’ maka Jawab Ummu Salamah, bahwa Nabi pernah bersabda, “Tanah
selanjutnya menjadi pembersihnya.” (HR. Ibnu Majah, Imam Malik dan Tirmidzi. Hadits shahih)
Imam Malik berkata, “Sesungguhnya sebagian tanah membersihkan sebagian yang lain. Hal ini berlaku apabila kita menginjak tanah yang kotor, kemudian setelah itu menginjak tanah bersih dan kering, maka tanah yang bersih dan kering inilah yang akan menjadi pembersihnya. Adapun najis seperti air kencing dan semisalnya yang mengenai pakaian/ jasad maka harus dibersihkan dengan air.” Al Khathabi berkata. “Dan ummat sepakat dalam hal ini.”
Namun, ada hal yang harus ukhti perhatikan dan pahami. Bahwa ketentuan yang disebutkan hadits di atas hanya berlaku untuk najis yang kering. Ketentuan ini tidak berlaku jika najisnya adalah najis yang basah atau cair. Lebih jauh, Imam Syafi’i menjelaskan, bahwa ketentuan berlaku apabila najis yang diinjak adalah najis yang kering sehingga tidak ada najis yang melekat padanya. Maksudnya, najis tidak terlihat jelas secara fisik melekat pada pakaian (tanah telah menyucikannya). Apabila najis yang diinjak adalah najis yang basah, maka harus tetap dibersihkan dengan air hingga bersih.
Lalu, bagianmana yang harus dibersihkan. Apakah hanya pada bagian yang terkena najis saja ataukah seluruh pakaian. Ukhty, pada asalnya yang wajib dibersihkan adalah hanya pada bagian yang terkena najis. Tidak harus dicuci semua. Sebagian orang beranggapan bahwa bila suatu bagian pakaian terkena najis maka seluruh pakaian harus dibersihkan. Ini adalah anggapan yang tidak benar. Cukup bagian yang terkena najis saja. Jika sudah secara maksimal dibersihkan tetapi masih tetap tersisa, maka in syaa Allah tidak mengapa.
Semoga dengan penjelasan di atas kini para muslimah dapat mengetahui dan mengamalkan beberapa hukum berkaitan pakaian wanita. Allah dan Rasul-Nya telah menjelaskan pada kita mengenai najis, barang yang terkena najis dan bagaimana cara membersihkannya. Oleh karena itu, hendaklah para muslimah benar-benar mengilmui masalah ini. Tidak hanya sebatas masalah pakaian, tetapi jagalah juga diri dan lingkungan sekitar dari barang najis maupun barang-barang kotor yang bukan najis.
“Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu (1, -ed) suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia; (2,-ed) wanita-wanita yang berpakaian (namun) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak-lenggok menggoyang-goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak ta’at), kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian.” (Hadits shahih. Riwayat Muslim (no. 2128) dan Ahmad (no. 8673). dari jalan Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Mereka adalah para wanita yang pakaiannya tipis, transparan dan ketat, sehingga kemolekan tubuhnya terlihat. Mereka berpakaian secara zhahir (nyata), namun sebenarnya mereka bertelanjang. Karena tidak ada bedanya ketika mereka berpakaian maupun ketika mereka tidak berpakaian, sebab pakaian yang mereka kenakan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, yakni menutupi aurat. Dan mereka adalah wanita-wanita yang menyimpang dari keta’atan kepada Allah dalam hal menjaga kemaluan serta menutupi diri mereka dari para lelaki yang bukan mahramnya. (Terj. Al-Jannatu Na’iimuhaa wat Thariiqu Ilaiha Jahannamu Ahwaaluhaa wa Ahluhaa hal. 101-103)
Muraja’ah: Ustadz Nur Kholis Kurdian, Lc dan Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar


Maka harusnya para wanita berjilbab namun lengannya digulung hingga siku itu membuatnya malu.  “Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Atas segala dosa, yang menyerupai wanita jahiliyah karena belum paham, maka mohon ampunlah. Jilbab adalah syi’ar Islam yaang sangat agung. Maka tidak sepantasnya syi’ar Islam diserupai oleh budaya orang kafir. Terlebih, bahwa sudah jelas bahwa kita kaum muslimin dan muslimah, dilarang bertasyabbuh. Apa itu tasyabbuh? Tasyabbuh adalah menyerupai orang-orang kafir. Maksudnya seorang Muslim melakukan sesuatu yang merupakan ciri khas mereka.

Jika bukan karena atribut itu, niscaya kita tidak tahu siapakah seseorang itu kecuali ada ciri khas akan agama yang ada di badan mereka. Larangan menyerupai ini adalah menyerupai semua yang masuk ranah ibadah suatu kaum atau ciri khas yang menandakan jati diri mereka. Maka jelas Islam melarang nyanyian dalam beribadah kepada Allah Rabbul ‘alamin agar tidak ber-TASYABBUH. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang ihram, “Tidak boleh mengenakan gamis, imamah, celana dan juga burnus” HR Bukhari
Apa itu burnus? Burnus merupakan aksesories para pendeta. Makanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya.
Dan mereka bertanya lagi, kenapa muslim memakai jeans itu kan gaya cowboy? Kita jawab, jeans memang gaya cowboy tapi bukan gaya agama kita. Tanpa bermaksud menyinggung agama tertentu. Takutlah kepada Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pedih siksa-Nya.
Duhai jilbab yang masih terlipat,
Saudariku, jadikanlah jilbab seperti bagian dari dirimu, yang jika tanpanya, engkau merasa tidak sempurna. Jadikanlah dia penutup auratmu yang lebih baik dari sekedar pakaianmu. Jadikanlah dia sebagai lambang rasa malumu yang akan memancarkan wibawamu. Jadikanlah dia sebagai simbol kehormatan dan kesucianmu yang harus engkau jaga sebaik-baiknya. Maka dengan begitu, engkau akan mencintainya tanpa engkau sadari bahwa engkau telah mencintainya.
Tak ada ajaran yang lebih memuliakan wanita daripada Islam. Dalam Islam, wanita ditempatkan sebagai makhluk yang sangat mulia. Dan Islam sangat menjaga kehormatan juga kesucian seorang wanita. Namun, di belantara fitnah saat ini, wanita yang berkomitmen untuk menjaga kesucian dirinya karena masih menjadi kaum minoritas, seringkali mendapat cemoohan, sindiran, dan cibiran dari kaum mayoritas yang awam. Bahkan, ada yang menyebut dirinya sebagai kaum feminis yang –dengan tidak disadari oleh akal sehatnya– telah menjerumuskan kaum wanita kepada lembah kehinaan yang bersampul keadilan. 
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia…” (Qs. Al-An’aam: 112)Allah Ta’ala memaksudkan perkataan yang indah dalam ayat di atas adalah perkataan yang sebenarnya bathil, tetapi pemiliknya menghiasi perkataan tersebut semampunya, kemudian melontarkannya kepada pendengaran orang-orang yang tertipu, sehingga akhirnya mereka terpedaya. (Terj. Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ hal. 225)

Wanita shalihah yang kecantikannya ibarat mutiara yang terbenam dalam lumpur, masih menjadi kaum minor di kalangan masyarakat yang sudah mulai terpengaruh dengan eksistensi kaum liberal, permisif dan hedonis masa kini. Merekalah para wanita perindu Surga yang selalu nyaman tinggal di istananya. Merekalah para bidadari yang bersembunyi di balik tabir, kain longgar, dan lebarnya kerudung. Ketika orang mendatanginya, ia begitu khawatir jika keindahannya terlihat, dan dia tidak mungkin menjumpai tamunya dalam busana ala kadarnya yang bisa menampakkan ’simpanan berharga’nya. Mereka masih dan akan selalu menjadi misteri bagi para lelaki asing di luar sana. Tetapi mereka berubah bagai bidadari jika bertemu dengan kekasih hati yang telah menjadi suaminya.
Hijab...jadilah perisai dan tabir untuk diriku, Mengukir simbol kehormatan dan kesucianku,
Menjelmalah laksana rumah berjalan untukku,Dan kusematkan setangkai cinta untukmu…
Hanyalah lelaki shalih yang berani mendamba dirinya dan hanya lelaki shalih yang memiliki nyali mempersuntingnya sekaligus meminangnya menjadi belahan hati. Sedangkan lelaki hidung belang, miskin agama, dan kurang bermoral hanya akan mendekati ‘daging-daging’ yang dijual bebas di pasaran. Para wanita yang menjajakan dirinya di pinggir-pinggir jalan, di mal-mal, di tempat-tempat dugem, dan yang sejenisnya. Sekalipun mereka tidak merasa atau tidak berniat ‘menjual diri’ mereka, akan tetapi pada hakikatnya –jika mereka mau menyadari–, merekalah ‘mangsa’ empuk para serigala manusia yang kelaparan. Maka saudariku, manakah yang lebih engkau sukai, si cantik yang diobral murah? Ataukah si shalihah yang penuh rahasia?
Tentu kalian semua ingin menjadi wanita penghuni Surga yang jumlahnya hanya sedikit itu bukan? Jadi jangan sampai kehabisan tempat. Persiapkanlah tempatmu di Surga nanti mulai dari sekarang. Apabila Allah telah mengadakan suatu ketentuan, maka sudah pasti dalam ketentuan itu terkandung kebaikan yang amat besar. Maka dengan meragukan ketentuan dan perintah-Nya, engkau telah melewatkan banyak kebaikan yang seharusnya engkau dapatkan. Coba engkau simak firman Allah yang berbunyi,
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menerapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (Qs. Al-Ahzab: 36)
Alasan apapun yang masih tersimpan dihatimu untuk tidak melaksanakan perintah berjilbab ini, janganlah engkau dengarkan dan engkau turuti. Semua itu hanyalah was-was setan yang dihembuskannya ke dalam hati-hati manusia, termasuk ke dalam hatimu. Bersegeralah menuju jalan ketakwaan, karena dengan begitu engkau akan melihat sosok lain yang jauh lebih baik dari dirimu pada hari ini. Engkau akan dengan segera mendapati rentetan kasih sayang Allah yang tidak pernah engkau sangka-sangka sebelumnya. Jadi, apa lagi yang kau tunggu? Bentangkanlah jilbabmu dan tutupilah cantikmu. Belajarlah menghargai dirimu sendiri dengan menjaga jilbabmu, maka dengan begitu orang lain pun akan ikut menghargai dirimu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, yang artinya :
“Barang siapa di antara kalian mampu membuat perlindungan diri dari api Neraka meskipun hanya dengan sebiji kurma, maka lakukanlah.” (Hadits shahih. Lihat Shahih Al-Jaami’ (no. 6017).
 Dari jalan ‘Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu)
Ku susun risalah ini sebagai bentuk kasih sayang terhadapmu sembari terus berdo’a semoga Allah membuka hatimu untuk menerima ‘kado istimewa’ ini dengan ikhlas. Bukan karena apa maupun karena siapa, tapi karena semata-mata engkau mengharapkan keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla terhadap dirimu. Semoga risalah yang hanya mengharap Wajah Allah ini dapat mengetuk pintu yang tertutup dan membangunkan nurani yang lama tertidur lelap, sehingga membangkitkan semangat untuk bersegera menuju ketaatan kepada Allah. Semoga Allah memasukkan dirimu, diriku, dan seluruh kaum muslimin yang berpegang teguh dalam tali agama Allah ke dalam golongan orang-orang yang ditunjuki jalan yang lurus.
Seorang wanita sempurna seperti setangkai mawar berduri. Dan kesempurnaan mawar adalah pada durinya. Namun terkadang orang menganggap duri pada mawar menganggu, merusak bahkan mengurangi keindahan kelopak mawar. Padahal justru dengan duri itulah setangkai mawar jadi sempurna, terjaga, terlindungi, tak dipetik sembarang orang. Mawar adalah wanita, sedangkan duri pada mawar adalah aturan yang melekat dari Allah bagi seorang wanita.
Karena wanita begitu indah, ketahuilah bahwasanya seorang wanita itu adalah auat (sesuatu yang harus ditutupi, tak boleh diperlihatkan bebas ke semua pihak). Ia wajib berbusana sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya demi kemuliaannya yang sesungguhnya. Ia pun wajib menjaga dirinya dari pandangan para lelaki yang bukan suaminya dan bukan pula mahramnya dengan segenap kemampuannya. Termasuk dalam hal ini adalah menyembunyikan semua itu dari tempat-tempat yang mudah di akses orang lain, misalnya saja seperti twitter, facebook, blog, bbm, instagram, line dan lain sebagainya. Hal ini di sarankan agar tidak terjadinya fitnah di kemudian hari.
Oleh karena itu takutlah kepada Allah dan hujamkan rasa malu kepada-Nya. Sembunyikanlah aurat dirimu dari penglihatan orang-orang yang tidak halal untuk menatapnya, agar Allah tak marah dan tak juga melaknatmu. Ingatlah, sungguh seorang muslimah yang shalihah adalah seorang wanita yang begitu dan teramat mahal nilainya. Ia adalah sebaik-sebaik perhiasan dunia dan sebesar-besar karunia yang Allah anugerahkan kepada seorang lelaki shalih setelah hidayah. Janganlah kelalaian suamimu atau keluargamu dari memperingatkan dirimu menjadi penghalang bagimu untuk menjadi shalihah. 
Kisah Penumpang Kapal Mesir "Salim Express"
tentang hijabnya dan kesholehan nya :)
Laki-laki ini yang telah Allah selamatkan dari tenggelam pada kecelakaan kapal, "Salim Express" menceritakan kisah tentang istrinya saat tenggelam dalam perjalanan pulang dari menunaikan ibadah haji.
Orang-orang berteriak-teriak "kapal akan tenggelam" maka aku pun berteriak kepada istriku, "ayo .. cepat keluar"
Dia pun berkata, "Demi Allah, aku tidak akan keluar sampai aku memakai hijabku dengan sempurna."
Suaminya pun berkata, "inikah waktunya untuk memakai hijab...?"
Cepat keluar...Kita akan mati..."
Dia pun berkata, "Demi Allah aku tidak keluar kecuali jika telah kukenakan hijabku dengan sempurna. Seandainya aku mati aku pun akan bertemu Allah dalam keadaan mentaati-Nya.."
Dia pun memakai hijabnya dan keluar bersama suaminya, maka ketika semuanya hampir tenggelam dia memegang suaminya dan berkata, "Aku minta engkau bersumpah dengan nama Allah, apakah engkau ridha terhadapku...?"
Suaminya pun menangis. 
Sang istri pun berkata, "Aku ingin mendengarnya."
Maka sang suami menjawab, "Demi Allah aku ridha terhadapmu..."
Maka wanita tersebut pun menangis dan berucap, "Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah." senantiasa dia ulangi syahadat tersebut sampai tenggelam.
Suaminya pun menangis dan berkata, "Aku berharap kepada Allah agar mengumpulkan aku dan dia di surga." 
Aisyah r.a meriwayatkan, Suatu waktu asma' binti Abu Bakar datang menemui Rasulullah SAW dengan pakaian tipis. Tatkala melihatnya, Rasulullah SAW memalingkan wajahnya dari Asma, lalu bersabda : 
"Wahai asma' sesungguhnya wanita apabila sudah balig, tidak boleh dilihat darinya kecuali ini dan ini." Beliau menunjuk ke muka dan telapak tangannya. (HR Abu Dawud)
"Wanita itu aurat, apabila ia keluar (dari rumahnya) setan senantiasa mengintainya." (HR Tirmidzi, dinilai shahih oleh al-Albani)
Selamanya takkan ada lagi wanita sesempurna Aisyah atau Maryam binti Imran
Namun dunia akan selalu  mengenal wanita yang meniti jalan yang sama dalam ketaatan. Tiada lagi wanita yang meniti jalan yang sama dalam ketaatan.Tiada lagi wanita yang bapaknya nabi, pamannya nabi, dan bersuamikan nabi sebagaimana Shafiyyah.
Namun tak habis dunia merindu wanita cerdik cendekia yang karena akalnya ia berharga. sampai ujung waktu akan sulit menandingi cantik jelita paras A'isya kemerah-merahan.
Namun sampai dunia berakhir akan banyak yang mencoba merebut cinta Rasulullah SAW, dengan taati perintahnya dalam kenakan hijab. Hanya akan ada satu Khadijah yang dikenal setia. Namun dunia penuh dengan wanita yang mengaguminya dan kepada surga mereka bersedia.
Bila engkau cantik biarlah itu karena hijab.
Bila engkau mulia, itu karena menjaga yang wajib
Bila engkau mulia, biarlah itu karena ketaatan.
-Felix Y Siauw dalam Yuk Berhijab-
Pancarkan aura ketaatanmu demi mencapai surga yang telah dijanjikan oleh Rabbmu. Semoga risalah yang sederhana ini bermanfaat untuk siapapun yang mau mengambil manfaatnya. Semoga engkau mendapat doa dari malaikat. Barakallahu fik 

NB : Saya tulis di Banjarmasin dengan beberapa gabungan dari artikel sahabat serta di edit dan di tambahkan dengan kata yang baik menurut saya :)
diselesaikan : Kamis, 04 Desember 13
info taken from, diantaranya :
Saya : @midahmawaddah
Penulis: Ummu Rumman
Penulis:  @mamoadi
Penulis: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly bintu Muhammad
Murojaah: Ust. Aris Munandar hafidzahullah
www.firanda.com



1 komentar: